Jumat, 21 September 2012

KISAH NYATA MOTIVASI

PEMUDA DI DEPAN PINTU
Karya tulis : Lin Xiu-nu.
Kebetulan dalam beberapa kesempatan, saya melihat ada seorang pemuda berdiri di depan pintu toko, dia sedang menyeduh mi instan dengan air panas dari mesin air minum yang ada di sana. Setelah beberapa kali, dalam hati saya timbul rasa ingin tahu tentang dirinya, kenapa tiap hari makan mi instan, apakah dia tidak memiliki tempat tinggal?

Terhadap perhatian saya, awalnya pemuda ini tidak begitu ingin menanggapi. Setelah sekian lama dan lebih saling mengenal, saya sering memberi makanan padanya, kadang juga mengundangnya untuk makan di dalam toko. Tanpa diminta, dia lalu menceritakan kisah hidupnya, pada masa kecilnya dia pernah terserang panas tinggi, berakibat tingkat kecerdasannya agak terganggu, ayahnya telah meninggal dunia saat dirinya masih belia, kemudian ibunya menikah lagi dengan orang lain dan meninggalkan dirinya sebatang kara, kehidupannya lalu dilalui tanpa tempat tinggal pasti, kadang makan kadang tidak.
Pemilik toko tempat saya bekerja adalah seorang insan Tzu Chi, setelah dirinya mengetahui tentang kondisi pemuda ini, dia lalu memberikan pakaian dan sepatu dari toko kepadanya, serta mendorongnya agar lebih rajin beribadah. Sejak saat itu, pemuda ini mulai mengenal ajaran Buddha dan berinisiatif ikut serta dalam barisan doa pelayatan Tzu Chi.
Perlahan-lahan, dirinya mulai diselimuti perhatian dan kasih sayang dari insan Tzu Chi, bahkan pemilik kedai makanan vegetarian di sekitar sini juga menjual makanan pada pemuda ini dengan bayaran 10 NT$ (Rp. 3000) sekali makan. Pemilik kedai makanan itu mengatakan alasannya kenapa tidak memberi makan gratis, sebab dia mau pemuda ini memupuk rasa tanggung jawabnya, berupaya untuk hidup mandiri dengan menggunakan sepasang tangannya untuk mengerjakan sesuatu yang berarti.
Pada suatu hari, pemuda ini dengan gembira menyerahkan 100 NT$ (Rp. 30000) kepada saya, dia mengutarakan ingin ikut menyumbang. Dia berkata, “Saya membantu kerja pembersihan di pasar, kadangkala memungut barang daur ulang untuk dijual. Walau uang yang diperoleh tidak banyak, namun saya ingin ikut menyumbangkan sedikit untuk membantu orang lain.” Mendengar perkataan ini, saya merasa terkejut atas akal budi pemuda ini.
Pada bulan Juni dua tahun lalu, mertua perempuan saya meninggal dunia, pemuda ini datang ke rumah saya dengan bersepeda, dia menemani saya berlutut di samping jasad mertua perempuan sambil turut berdoa.
Saya katakan padanya, “Ada orang yang keluarganya sendiri meninggal dunia juga tidak berani mendekat pada jasad, kamu sama sekali tidak ada hubungan keluarga dengan nenek, tetapi mau datang ikut berdoa, saya dan nenek sungguh merasa terharu.”
Master pernah berkata,“Menyumbang bukan merupakan hak khusus orang kaya, melainkan wujud partisipasi dari setiap orang yang memiliki niat baik dalam hati.” Baik orang kaya mau pun miskin juga bisa berbuat, asal ada sebersit niat di hati. Biar pun seseorang itu hidup berkecukupan, kalau tidak tahu berpuas hati, belum tentu merasa berbahagia. Ketika menyaksikan betapa pemuda ini menghargai jalinan jodohnya dengan keluarga besar Tzu Chi, dengan berpartisipasi dengan hati bersyukur dan bertindak nyata dalam mengungkapkan hati cinta kasihnya, saya pikir dirinya benar-benar sangat berbahagia.
Oleh karena itu, setelah bergabung dalam keluarga besar Tzu Chi, saya belajar bagaimana secara spontan bisa menaruh perhatian pada orang asing di sekitar. Pada saat cinta kasih bangkit di dalam hati, tanpa terasa akan menular kepada orang di samping kita, beralngsung secara estafet dari satu orang ke orang lain, tanpa pernah terhenti.
pesan ts : sekian thread dari saya , semoga dengan kisah di atas kita semua dapat termotivasi untuk menyumbangkan sebagian harta kita kepada orang yg layak , baik kita yg mampu ataupun kita yg tidak mampu . kalau kita punya niat baik membantu org lain pastilah akan berujung pada kebaikan pula . terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ads here2