Jumat, 05 Oktober 2012

Dr M Yahya Waloni Menemukan Kebenaran dalam Islam

Sebagai pakar teologi, Pendeta Yahya Yopie Waloni sangat mengetahui teori-teori yang ada dalam agama Islam. Meskipun masih beragama Kristen, Yahya memandang teori apa pun yang ada di Islam sangat benar. Islam pun, mampu menceritakan peradaban dunia dari yang lalu sampai sekarang. Bahkan, agama Kristen diceritakan pula dalam Islam.

Namun, menurut pria kelahiran Manado tahun 1970 ini, yang paling membuatnya tunduk patuh hingga memutuskan untuk masuk Islam pada Oktober 2006 adalah Islam menunjuk satu individu yang sangat tepat untuk menyebarkan ajarannya. "Ada satu individu yang membuat saya tunduk dan patuh, dia buta huruf tapi bisa menyusun Alquran secara sistematis," ujar pria yang mengganti namanya menjadi M Yahya Waloni setelah memeluk agama Islam.

Menurut suami dari Lusiana (33) yang mengganti namanya menjadi Mutmainnah setelah memeluk Islam itu, dirinya masuk agama islam karena dari sistematika teori Islam sudah benar. Sebagai akamdemisi, kata dia, dirinya pun berpikir orang yang sudah memilih teori benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori yang benar. "Orang Islam yang sudah memiliki teori yang benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori benar. Jadi, saya mengakui Islam secara teori dan spiritual," ujar Yahya.

Ketertarikan Yahya untuk masuk Islam, kata dia, sebenarnya sudah ada sejak kecil, saat berumur sekitar 14 tahun. Pada usia itu, dirinya sudah ke masjd karena tertarik melihat banyak orang islam menggunakan pakaian seperti yang digambarkan di agamanya yaitu baju ikhram. Selain itu, dirinya pun sangat tertarik dengan gendang yang suka dimainkan di masjid-masjid.
"Saya hanya berani ke masjid satu kali saja karena ketahuan dan dipukul sampai babak belur oleh bapak saya. Kalau nekad ke masjid lagi, saya takut bapak saya yang seorang tentara akan menggantung saya," ujar pria yang memiliki hobi bermain gendang ini.

Namun, sambung pria yang pernah menjabat Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong tahun 2000-2004 ini, dari sekian kejadian yang mendorongnya untuk memeluk Islam adalah pengalaman spiritual yang dialaminya. "Suatu hari, saya bertemu dengan seorang penjual ikan, di rumah lama kompleks Tanah Abang, Kelurahan Panasakan, Tolitoli," ia memulai kisahnya.

Pertemuannya dengan si penjual ikan berlangsung tiga kali berturut-turut dengan waktu pertemuan yang sama yaitu pukul 09.45 Wita. "Kepada saya, si penjual ikan itu mengaku namanya Sappo (dalam bahasa Bugis artinya sepupu). Dia juga panggil saya Sappo. Dia baik sekali dengan saya," ujar bapak dari Silvana (8 tahun, kini bernama Nur Hidayah), Sarah (7 tahun, menjadi Siti Sarah), dan Zakaria (4 tahun) ini.
Setiap kali ketemu dengan si penjual ikan itu, kata Yahya, dirinya berdialog panjang soal Islam. Anehnya, kata dia, si penjual ikan yang mengaku tidak lulus sekolah dasar (SD) itu sangat mahir dalam menceritakan soal Islam. Ia makin tertarik pada Islam.

Namun, sejak saat itu, ia tidak pernah lagi bertemu dengan penjual ikan itu. Si penjual ikan mengaku dari dusun Doyan, desa Sandana, salah satu desa di sebelah utara kota Tolitoli).
"Saat saya datangi kampungnya, tidak ada satupun warganya yang menjual ikan dengan bersepeda," tambahnya. Sejak pertemuannya dengan si penjual ikan itulah katanya, konflik internal keluarga Yahya dengan istrinya meruncing. Istrinya, Lusiana tetap ngotot untuk tidak memeluk Islam. Karena dipengaruhi oleh pendeta dan saudara-saudaranya. "Ia tetap bertahan pada agama yang dianut sebelumnya. Jadi, kita memutuskan untuk bercerai," katanya.
Namun, sambung dia, tidak lama setelah itu, tepatnya 17 Ramadan 1427 Hijriah atau tanggal 10 Oktober sekitar pukul 23.00 Wita, ia bermimpi bertemu dengan seseorang yang berpakaian serba putih, duduk di atas kursi. Sementara, dia di lantai dengan posisi duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan seseorang yang berpakaian serba putih itu.
"Saya dialog dengan bapak itu. Namanya, katanya Lailatulkadar," kata Yahya.

Setelah dari itu, Yahya kemudian berada di satu tempat yang dia sendiri tidak pernah melihat tempat itu sebelumnya. Di tempat itulah, Yahya menengadah ke atas dan melihat ada pintu buka-tutup. Tidak lama berselang, dua perempuan masuk ke dalam. Perempuan yang pertama masuk, tanpa hambatan apa-apa. Namun perempuan yang kedua, tersengat api
panas. "Setelah sadar, seluruh badan saya, mulai dari ujung kaki sampai kepala berkeringat. Saya seperti orang yang kena malaria. Saya sudah minum obat, tapi tidak ada perubahan. Tetap saja begitu," ujarnya.
Setelah diceritakan ke istrinya, kata dia, istrinya semakin tidak percaya dan ingin bercerai dengan Yahya. Namun, beberapa jam kemudian, istrinya menangis karena mimpi yang diceritakan suaminya kepadanya, sama dengan apa yang dimimpikan. Akhirnya istri saya yang mengajak segera masuk Islam," katanya. Akhirnya, kata Yahya, bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan Komarudin Sofa, Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. Hari itulah, Yahya dan istrinya mengucapkan dua kalimat syahadat.

"Kekuatan saya, sekarang hanya shalat tahajud malam dan Dhuha pukul 08.00," ujar mantan Rektor yang UKI Papua ini.

Jumat, 28 September 2012

MOTIVASI "THE POWER OF KEPEPET"

Kepepet Vs Iming-Iming
Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah.
Yang pertama adalah impiannya kurang kuat
Yang kedua tidak kepepet.
Dua hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai motivasi. Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun trainer motivasi lainnya adalah hanya menggunakan impian sebagai 'iming-iming' untuk menggerakkan audiens.

"Apa Impian anda? Siapa yang impiannya punya mobil mewah? Rumah mewah? atau bahkan kapal pesiar?"

Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi oleh sang motivator. Tapi masalahnya,sepulang dari seminar, mereka dihantam 'kemalasan',mungkin juga halangan-halangan bahkan seringkali oleh orang-orang yang mereka sayangi.
Apa jadinya? Mereka tetap diam ditempat.
Contoh yang kedua,ada seorang salesman yang bekerja di suatu perusahaan. Seperti perusahaan lainnya,mereka menerapkan sistem bonus.

"Jika anda mencapai target yang telah ditentukan,maka anda akan mendapat bonus jalan-jalan keluar negeri!" kata managernya.
"Gimana,semangat?" lanjut manager berinteraksi. "Semagaat..ngat..ngat!" sambut salesman, sambil mengepalkan tangannya seolah siap tempur.

Bulan demi bulan pun berlalu tanpa pencapaian target. Kemudian si manager bertanya,

"Apa bonus yang aku tawarkan kurang besar?".
"Enggak kok Pak, cukup besar,mudah-mudahan bulan depan tercapai Pak".

Setelah 3 bulan masa 'iming-iming' tak berhasil, si manager mulai mengubah strategi. Dia berteriak agak menekan di dalam meetingnya,

"Pokoknya,jika anda tidak bisa mencapai target penjualan yang sudah saya tetapkan,anda saya PECAT!".

Nah, keluarlah keringat dingin si salesman. Sekeluar dari ruangan dia langsung menyambangi calon-calon customernya,kerjanyapun semakin giat. Malas,malu,nggak pe-denya hilang seketika. Kok bisa? Karena KePePet! Yang dia pikirkan,jika dia tidak dapat memenuhi target, dia akan dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol.

"Trus anak istriku makan apa?" pikirnya.

Anehnya,target penjualan yang selama ini tidak pernah tercapai,bisa juga terlampaui.
Itulah yang disebut The Power of Kepepet. 97% orang termotivasi karena Kepepet,bukan karena iming-iming. Maka dari itu ada pepatah mengatakan bahwa

"Kondisi Kepepet adalah motivasi terbesar di dunia!".

Banyak perusahaan mengkampanyekan Visi besarnya kepada seluruh karyawannya. Apa jawab mereka?

"Emang gua pikirin!".

Bukannya salah karyawan yang tidak peduli terhadap visi perusahaan,tapi karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang berupa ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment. John P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan

"Establishing Sense of Urgentcy" adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak,sebelum mengkomunikasikan "VISI".

"Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah"

Jadi analisa kembali kehidupan Anda sekarang ini. Jika Anda tidak mengubahnya,rasa sakit atau kerugian apa yang akan Anda dapatkan dimasa mendatang.
Saran saya,jika Anda berada di zona yang sangat nyaman untuk tidak berubah (tidak melihat ancaman), ciptakan sedikit trigger (challenge) misalnya berupa penambahan investasi rumah.
Jangan beli rumah yang sesuai dengan kemampuan bayar Anda,tapi 'sedikit lebih' dari kemampuan Anda sekarang. Nah, dengan begitu Anda mau nggak mau dipaksa untuk mencari penghasilan tambahan atau mengurangi porsi pengeluaran yang tidak penting.

Langkah kedua baru pikirkan nilai investasi itu 5 sampai 10 tahun mendatang,mungkin bisa sebagai solusi pembiayaan uang sekolah anak Anda kelak. Dengan meletakkan porsi dan posisi The Power of Kepepet dan Iming-iming secara tepat, InsyaAllah kita akan selalu termotivasi. FIGHT!

Sumber : Jaya Setiabudi, Pendiri Entrepreneur Association Coach Entrepreneur Camp

Kamis, 27 September 2012

Mohammed Chechev, warga Indian Tzotzil yang Bangga Menjadi Muslim !

Nama aslinya sebelum ia masuk Islam adalah Manuel Gomez yang kemudian berganti nama menjadi Mohamed Chechev setelah ia masuk Islam beberapa tahun yang lalu, sebelumnya ia dibesarkan sebagai seorang penganut Kristen.

"I am Muslim, I know the truth now," kata Chechev dalam bahasa spayol. (sebagaimana yang dituturkan allvoices.com).

Ia tinggal di lingkungan komunitas Protestan di Chiapas yang disebut "Nueva Esperanza" di pinggiran kota San Cristobal de las Casas. Nueva Esperanza adalah "rumah" bagi sekitar 300 warga Tzotzil, asal pribumi Maya, yang telah masuk Islam. Beberapa langkah dari rumah Chechev, sebuah bangunan sederhana yang berfungsi sebagai mushala dan madrasah.

Sebelum kepindahannya kepada Islam, Chevhev telah mempelajari dahulu mengenai Islam, selain juga dari pemimpinnya yang juga telah menjadi muslim yang pertama kali di lingkungannya, ia juga belajar dari Aurelanio Perez, seorang spayol yang yang mengubah namanya menjadi Amir Mustapha setelah berislam dan aktif berdakwah diantara etnis Tzotzil, Indian maya.

Chechev yang tidak dapat membaca atau menulis tapi dapat melafalkan beberapa surat Alquran dan beberapa doa dengan lancar.

"Nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis, saya juga begitu..Tapi saya bisa melafalkan Kitab suci Alquran. Ini adalah suatu keajaiban setelah convertnya ke Islam," katanya.

Dimatanya, Tuhan adalah "was merciful" sangat Maha Penyayang, "Segala sesuatunya, Dia-lah yang mengajarkan dan segala sesuatunya Dia-lah yang memberi". lanjut Chechev

Dia sekarang rajin membaca hadits, mempelajari panduan yang diberikan oleh Nabi ..Kemudian, ia mencoba untuk mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.. "Hints of Islam was complete," katanya,("Petunjuk Islam sudah lengkap")

Chechev telah melakukan perjalanan ke jantung Islam, di Arab Saudi, pada tahun 1998 untuk menunaikan ibadah haji, dengan bantuan Amir Chechev Mustapha,beberapa kerabat dan isterinya turut serta.

Noora, istrinya, wajahnya berseri-seri ketika mendengar Mekah.

"Ketika saya pergi ke sana, saya merasa bangga menjadi muslim!. Pada saat itu saya berdoa kepada Tuhan Ingin agar di desa kami memiliki masjid. Insya Allah, kini kita akan memilikinya dalam waktu dekat ini," katanya..

Nora juga Isterinya berharap agar kelak anak mereka Ibrahim (Anastacio) kelak menjadi Imam ditempatnya setelah masa studi/sekolahnya selesai. (allvoices.com)

~**Semoga Harapannya terkabul ya Bu' ...**~

Alhamdulillah,.
--------------------------------------------------------------
يٰأَيُّهَا النّاسُ كُلوا مِمّا فِى الأَرضِ حَلٰلًا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعوا خُطُوٰتِ الشَّيطٰنِ ۚ إِنَّهُ لَكُم عَدُوٌّ مُبينٌ

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. 2. Al Baqarah168)


Raja Papua (Irian) yang Suka Berdakwah

Mulanya ia seorang pendeta. Bermodal ilmu yang ia timba dari pendeta Jostri Ayome di Jayapura selama empat tahun, Ia resmi dilantik menjadi pendeta pada tahun 90-an, dan mulai rajin berceramah di gereja.

Alasannya menjadi pendeta sederhana saja. Sebagai seorang kepala suku, ia merasa bertanggungjawab menyelamatkan ideologi rakyatnya.

“Rakyat harus beragama dan mengenal Tuhan. Jadi, saya harus belajar agama sebagai tanggung jawab tadi,” kata Ismail Saul Yenu, sang pendeta itu.

Banyak yang heran mengapa Yenu menjadi pendeta. Sebab di Papua tak banyak kepala suku bisa merangkap menjadi pendeta.

Yenu tahu, posisinya sebagai kepala suku akan memudahkan nya mengambil hati rakyat untuk masuk Kristen. Dugaannya benar ! Banyak warga Papua, baik pendatang maupun penduduk asli, termasuk lima keluarga Muslim, masuk Kristen. Kebanyakan mereka adalah transmigran yang hidup di hutan.

“Waktu itu ada yang sakit dan berhasil saya sembuhkan dengan doa. Karena itu mereka masuk Kristen,” cerita Yenu tentang keluarga Muslim ini. Namun, perjalanan hidup berkata lain. Yenu sang kepala suku mendapat hidayah dan sempat menunaikan ibadah haji. Sepulang dari haji ia disambut oleh rakyatnya dengan teriakan, ”Raja sudah datang.. raja sudah datang !” Uniknya, yang menyambut bukan hanya kaum Muslim saja, tapi banyak juga orang Kristen.

Berikut penuturannya asal mula ia masuk Islam kepada hidayatullah ("majalah"), ketika menemui pria asal Irian ini di rumahnya di Fakfak, Papua Barat. :

(hidayatullah): "Mengapa Anda tertarik dengan Islam?"

(Ismail Saul Yenu): "Meski saya ini dulunya pendeta, tapi diam-diam saya suka mengamati perilaku orang Islam. Saya tertarik melihat orang Islam rajin shalat dan berdoa. Mereka shalat lima kali dalam sehari.

Ini berbeda dengan cara non-Muslim. Mereka hanya berdoa sekali sepekan, atau jika ada acara sembahyang keluarga. Ini menunjukkan kalau orang Islam itu punya Tuhan yang luar biasa. Saya lalu bertanya, mengapa mereka bisa berdoa sedang saya tidak? Dari sinilah saya mulai tertarik dengan Islam."

(hidayatullah): "Apakah Anda punya pengalaman berkesan tentang Islam ketika masih beragama Nasrani?"

(Ismail Saul Yenu): "Ya. Ketika tahun 70-an, di daerah saya ada program ABRI masuk desa yang dipimpin Jenderal M Yusuf. Semua orang berkumpul, mulai dari militer sampai sipil."

"Sebagian besar tentara adalah orang Islam. Sedang orang Nasrani kebanyakan sipil. Ketika apel siaga, Pak Yusuf bertanya, mana orang Islam yang siap membantu rakyat? Serempak orang Islam berdiri, sedang kami orang Nasrani cuma duduk saja.
Lalu Jenderal Yusuf bertanya kepada saya tentang agama yang saya anut. Saya jawab Nasrani. Tapi beliau bilang, ”Dari pada kamu nanti hanya di luar, tak dapat jatah surga, lebih baik ikut begabung dengan mereka (orang Muslim).” Akhirnya entah mengapa saya ikut berdiri juga."

(hidayatullah): "Setelah tertarik dengan Islam, siapa yang membimbing Anda memeluk agama ini?"

(Ismail Saul Yenu): "Saya mencari kebenaran itu sendiri. Saya pernah mencarinya ke Manokwari (Papua Barat), hingga ke Jakarta. Di Jakarta saya bertemu banyak rekan-rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan. Saya banyak dibantu oleh mereka."

(hidayatullah): "Kapan Anda bersyahadat?"

(Ismail Saul Yenu): "Tahun 2002, di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran, Jakarta. Saya dibimbing oleh seorang imam masjid di sana . Esok harinya saya langsung minta dikhitan (disunat). Padahal umur saya sudah 68 tahun. Mana ada di dunia ini orang yang sunat umur 68 tahun kecuali Ismail Yenu (saya). He he he."

(hidayatullah): "Bagaimana cerita Anda pergi haji?"

(Ismail Saul Yenu): "Esok hari setelah saya dikhitan (disunat), saya telepon Dr Amin Rais (tokoh Muhammadiyah) dan minta dihajikan. Saya juga cerita keadaan masyarakat Irian. Saya katakan bahwa saya tak mampu pulang dan berdakwah di tengah masyarakat Irian jika belum naik haji. Sebab, biasanya masyarakat tak langsung percaya kalau langsung mendakwahi."

"Alhasil, Amien Rais menelepon Din Syamsuddin (Ketua Muhammadiyah), menanyakan apakah ada "kursi kosong" ke Baitullah. ternyata Alhamdulillah, ada jamaah calon haji yang batal berangkat di salah satu kloter dan saya jadi diikutkan di kloter tersebut."

(hidayatullah): "Bagaimana perasaan Anda ketika itu?"

(Ismail Saul Yenu): "Saya merenung, mengapa baru beberapa hari menjadi muallaf, langsung mendapatkan panggilan agung dari-Nya untuk naik haji? Ini karena kebesaran dan izin Allah semata."

"Tiga hari berikutnya saya berangkat haji. Padahal waktu itu bekas khitan (sunat) saya belum kering betul. Saya pergi ke dokter praktik dan beli kondom."(hihihi..^_^)

"Sebelum berangkat, seluruh calon haji diperiksa. Rupanya saya ketahuan membawa kondom. Setelah ditanya, saya jawab kalau bekas khitan saya masih basah. Karena petugas pemeriksa tak percaya, saya diperiksa lagi oleh dokter."

(hidayatullah): "Ada kenangan menarik sewaktu naik haji?"

(Ismail Saul Yenu): "Di Arafah, kami berdoa mulai pagi hingga siang hari. Padahal, udara dan cuaca ketika itu sangat panas. Seakan-akan tubuh ini terpanggang teriknya matahari."

"Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, ada yang menyiram tubuh saya hingga basah kuyup. Pakaian saya basah semua. Saking basahnya, sampai-sampai saya berdoa sambil menghirup air."

"Seketika itu juga saya jadi adem, tak merasa panas lagi. Padahal saat itu jumlah manusia berlapis-lapis. Rasanya tak mungkin kalau ada orang yang datang menyiram saya."

"Sewaktu di Masjid al-Haram, ada seorang perempuan besar duduk di sebelah saya. Padahal, jamaah pria tak boleh bercampur dengan jamaah wanita ! Saking besarnya, tinggi pinggul wanita itu mencapai bahu saya. Saya merasa ngeri sekali."

"Usai berdoa, saya terfikir mau menegur dia. Begitu menoleh, eh, si wanita tadi sudah lenyap entah ke mana. Padahal tubuhnya besar sekali."

"Di Masjid Nabawi, suasana sangat padat. Tak ada lagi ruang kosong di dalam masjid. Begitu masuk, rupanya ada tempat lowong yang kira-kira muat untuk dua orang."

"Saya jadi heran mengapa tak ada yang melihat tempat tersebut. Padahal sejak tadi jamaah sudah berebutan tempat."

"Sementara saya shalat, tiba-tiba ada orang datang dengan jubah yang sangat bagus. Kainnya sangat lembut. Kualitas baju saya kalah jauh dibanding dia. Padahal baju saya masih baru, istilahnya baru saja beli."

"Seperti kejadian pertama, begitu saya mau menegur, orang yang dimaksud sudah lenyap entah ke mana."

(hidayatullah): "Apa makna dari semua kejadian tersebut buat Anda?"

(Ismail Saul Yenu): "Keyakinan saya semakin bertambah. Allah Subhanahu Wata’ala tak akan pernah lalai memantau segala kelakuan hamba-Nya. Keyakinan saya makin mantap jika agama Islam ini benar-benar agama Allah. Kita tak boleh main-main dengan agama ini. Rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan, Saya banyak dibantu oleh mereka."

(hidayatullah): "Bagaimana tanggapan keluarga Anda sepulang dari haji?"

(Ismail Saul Yenu): "Tiba di rumah saya langsung disambut bagai raja oleh masyarakat setempat dengan upacara adat. Saya diminta menginjak 120 buah piring yang ditaruh di jalan menuju rumah."

(hidayatullah): "Apa yang Anda lakukan setelah masuk Islam?"

(Ismail Saul Yenu): "Saya pernah mendatangi gereja saat sang pendeta khutbah. Tanpa tedeng aling-aling, sambil mengenakan gamis dan pakaian haji, saya langsung meminta sang pendeta berhenti berkhutbah. Saya ajak mereka semua masuk Islam. Saya berani melakukan itu karena dulu mereka adalah jamaah saya ! termasuk lima keluarga murtad yang pernah saya baptis."

(hidayatullah): "Bagaimana tanggapan keluarga setelah Anda menjadi Muslim?"

(Ismail Saul Yenu): "Saya katakan, 'Maaf, saya tak seperti dulu lagi'. Kalau mama masih suka pake baju singlet atau celana pendek, berarti tak boleh mendekat. Silakan pergi tukar baju dulu. Kepala juga harus ditutup pakai kerudung. Kalau tidak begitu, maaf saja."

(hidayatullah): "Setelah Anda memeluk Islam, apakah orang-orang yang pernah Anda murtadkan ikut kembali memeluk Islam?"

(Ismail Saul Yenu): "Sebagian besar mereka masuk Islam lagi. Memang ada sebagian kecil yang tetap bertahan (dengan agamanya), namun jumlahnya tak banyak. Malah ada yang beranggapan, waktu masih pendeta saja doa saya dikabulkan oleh Tuhan, apalagi sekarang setelah masuk Islam dan pulang dari Tanah Suci."

"Tapi saya katakan kepada mereka bahwa segala sesuatu itu hanya Allah yang mengatur. Manusia cuma bisa berkehendak saja." **
----
sumber: http://www.hidayatullah.com/dev/read/22018/02/04/2012/rajapapuayangsukaberdakwah.html (Raja Papua yang Suka Berdakwah)

أَلَم تَرَ كَيفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصلُها ثابِتٌ وَفَرعُها فِى السَّماءِ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, [Qs. 14. Ibrahim : 24]

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبيثَةٍ اجتُثَّت مِن فَوقِ الأَرضِ ما لَها مِن قَرارٍ

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.
[Qs. 14. Ibrahim : 26]


ads here2